Friday, January 20, 2012

Penyakit Jiwa: Marah (Ghadhab) dan Pengendalian Amarah

Penyakit Jiwa: Marah (Ghadhab) dan Pengendalian Amarah
oleh: Syamsuri     Pengarang : Syamsuri Rifai


Marah sebagai aktualisasi yang dikenal sebagai amarah, temperamental, mudah marah dan mudah tersinggung adalah penyakit jiwa dan tercela.

Allah SWT berfirman:… Orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Ali-Imran: 134)

Imam al‑Baqir (sa) berkata: Seorang badui datang kepada nabi saw. dan berkata: 'Aku tinggal di gurun. Ajari aku tentang kearifan.' Kemudian Nabi saw bersabda: “Aku perintahkan kamu untuk tidak marah.” Setelah mengulang pertanyannya tiga kali (dan mendengar jawaban yang sama) orang badui berkata pada dirinya: Setelah ini aku tidak akan bertanya lagi, karena Rasulullah saw tidak memerintah kecuali kebaikan'." Imam Imam Muhammad Al-Baqir (sa): Adakah yang lebih bahaya dari amarah? Sungguh, orang yang marah dapat membunuh orang yang darahnya diharamkan Allah atau memfitnah wanita yang sudah menikah. (Arba’ûna haditsan, bab VII)

HAKIKAT AMARAH

Marah (sebagai aktualisi potensi marah) adalah keadaan psikologis yang berasal dari gejolak batin dan hasrat untuk balas dendam. Ketika gejolak ini semakin kuat, ia akan meningkatkan api amarah. Ketegangan meliputi otak seseorang sehingga akal dan daya pikirnya lepas kendali dan menjadi tak berdaya.

Saat itulah, batin seseorang menyerupai gua yang dipenuhi api dan asap, keluar dari mulutnya segala hal yang kotor dan panas. Ketika itulah amarah sangat sulit diredam, jiwanya sulit ditenangkan, dan api amarahnya tidak mudah dihilangkan. Apapun yang dilempar ke dalam untuk mendinginkan justru menambah intensitasnya.

Ketika itulah, orang tersebut menjadi buta dan tuli terhadap bimbingan dan etika baik. Dalam kondisi seperti itu, semua usaha seperti nasihat dan saran gagal untuk menenangkannya. Semakin dicoba untuk ditenangkan dengan usaha dan permintaan halus, semakin kasar orang itu sampai orang yang marah secara fisik membahayakan orang lain atau balas dendam. Kondisi jiwa seperti inilah yang dimaksudkan:

Imam Muhammad Al-Baqir “..Sesungguhnya amarah adalah percikan api setan di hati anak Adam..”

Imam Ja’far al-Shadiq (sa) berkata: "Marah adalah kunci (yang membuka pintu) seluruh keburukan."

MENGENDALIKAN AMARAH

    Perilaku orang yang tabah didasari pada kebijaksanaan dan ketenangan jiwa. Dia marah pada secara proporsional, sabar dan mampu mengendalikan marahnya. Kemarahannya dalam tingkat yang tepat dan jika mengaktualisasikan potensi marahnya ia sangat berhati-hati. Dia sangat tahu kepada siapa ia harus memaafkan dan apa yang harus diabaikan.
    Marahnya seorang mukmin sejati ialah karena Allah. Dalam keadaan marah, dia tetap mengingat tugas, hak makhluk lain dan tidak pernah menzalimi siapapun. Dia tidak menggunakan bahasa yang kotor dan perilakunya tetap sopan. Seluruh perilakunya didasari pertimbangan rasional dan berdasarkan norma keadilan dan hukum Ilahi. Dia selalu bertindak dengan cara yang tidak akan disesali di kemudian hari.

    Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata: “Orang yang paling kuat adalah orang yang mengalahkan amarahnya dengan kesabaran.” (Mizan al-Hikmah, hadis ke 15027)
    Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Seseorang yang menahan amarahnya (pada seseorang), Allah akan menutup rahasianya.” (Bihâr al-Anwâr 73: 264)

Sumber: Arba’ûna hadîtsan, bab VII, Imam Khumaini)

Sumber: http://id.shvoong.com/society-and-news/spirituality/2251759-penyakit-jiwa-marah-ghadhab-dan/#ixzz1k0HQZggR

No comments:

Post a Comment