Dampak Buruk Amarah dan Cara Praktis Pengobatannya
oleh: Syamsuri Pengarang : Syamsuri Rifai
DAMPAK BURUK AMARAH
oleh: Syamsuri Pengarang : Syamsuri Rifai
DAMPAK BURUK AMARAH
Orang yang marah berprilaku tidak rasional seperti orang gila, bertindak buruk dan tidak sopan; lidah, kaki dan tubuhnya berada di luar kendali.
Amarah dapat menggiring seseorang menggunakan bahasa kasar terhadap para nabi dan para kekasih Allah SWT, menodai kesucian dan memfitnah pribadi mulia, membunuh jiwa tak berdosa, merusak kehidupan makhluk Allah, menghancurkan keluarga, atau membuka rahasia orang lain yang seharusnya ditutupi. Orang yang menelan api amarah tak mampu membatasi perilaku buruk dan zalim, dan membakar keimanan sehingga dapat menghancurkan banyak keluarga dan masyarakat.
Adapun bahaya moral, amarah dapat menyebabkan kebencian pada makhluk Allah, bahkan kadang tidak hanya memusuhi para nabi dan wali, tapi juga Zat Suci Allah, Maha Pemelihara. Hal ini dapat membangkitkan sifat buruk lain, seperti hasad, permusuhan dan balas dendam yang tak terkendali.
Perumpamaan amarah di dunia ini seperti api murka Allah di akhirat. Dengan cara yang sama, amarah itu berasal dari hati, yang realitas secara batiniyah adalah api murka Tuhan yang juga berasal dari bagian dalam hati dan apinya menyebar keluar melalui organ tubuh seperti mata, telinga, dan lidah.
Amarah yang menjadi bagian dari watak seseorang akan lebih berbahaya lagi. Ia mematikan hati seseorang, mengubah total dan mempengaruhi kemampuan kearifannya. Kondisi seperti ini akan berdampak di alam barzakh dan Hari Kiamat dalam bentuk menjijikan yang tiada tandingnya di dunia ini. Kekejaman orang seperti ini tidak dapat dibandingkan dengan buasnya binatang buas apapun.
Imam Muhammad Al‑Baqir (sa) berkata: “Tertulis dalam Taurat bahwa Tuhan yang Maha Kuasa mengungkapkan kepada Musa (as).: "Wahai Musa, kendalikan amarahmu pada mereka lebih dari yang Aku berikan kuasa padamu, sehingga Aku hindari engkau dari murka-Ku."
Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata: “Jaga dirimu dari kemarahan karena awalnya adalah penyakit jiwa dan akhirnya penyesalan.” (Gharar ul-Hikam, hadis ke 2635)
CARA TEORITIS MENGOBATI AMARAH
1. Seseorang yang sering marah harus tahu bahwa potensi marah adalah karunia Allah SWT untuk kelestarian dan kelangsungan hidup manusia, untuk disiplin dan ketertiban sistem keluarga, perlindungan hak manusia dan penjagaan hukum Ilahi. Jika dia melakukan yang bertentangan dengan tujuan Ilahi dan menjadikan kekuatan amarah untuk melawan kehendak Tuhan, maka ia melanggar kepercayaan sehingga pantas mendapatkan hukuman dari-Nya. Betapa bodoh dan tidak adilnya perbuatan manusia jika ia tidak menjalani kepercayaan Tuhan tapi justru menanggung azab-Nya! Karenanya, dia harus berpikir serius tentang keburukan moral dan perbuatan jahat yang berasal dari amarah dan berusaha menghilangkan pengaruh jahatnya, karena dapat menyebabkan banyak masalah di dunia dan juga hukuman di akhirat.
2. Di antara solusi mendasar amarah adalah menghilangkan faktor pemicunya. Faktor tersebut termasuk cinta-diri, yang kemudian menjadi cinta harta, kemuliaan, kedudukan, kehormatan, dan keinginan untuk memaksa kehendak orang lain dan memperluas wilayah kekuasaan seseorang pada makhluk Allah SWT. Ia dengan cepat membangkitkan api amarah, karena orang yang tergila-gila dengan hal tersebut cenderung menganggapnya penting. Ketika seseorang mencintai hal tersebut, dia akan bergairah dan marah jika salah satu dari tujuannya tidak tercapai. Faktor lain yang menimbulkan amarah karena ia dianggap sebagai kebaikan dan keberanian akibat kebodohan seseorang. Amarah yang demikian adalah hasil dari lemahnya spiritual, kurangnya iman, tidak seimbangnya kondisi jiwa.
3. Orang yang bijak akan selalu berpikir dengan hati-hati atas dampak buruk amarah dan manfaat dari menahan diri, dan menjadikan hal ini sebagai tanggung jawab diri untuk memadamkan api dengan semaksimal mungkin. Dia menghapus dari hati kecintaan terhadap harta, kehormatan dan sejenisnya yang menimbulkan amarah. Jika dia memutuskan untuk melawan kehendak nafsu diri dan hasrat dunawi, dengan bantuan dan rahmat Allah, ketertarikannya akan menjadi berkurang dan tidak menganggapnya penting. Ketenangan batin dan kepuasannya, karena ia melepas kecintaan pada harta, kehormatan, sehingga tidak membiarkannya berprilaku tidak adil. Secara bertahap, dia tidak akan kehilangan pengendalian diri ketika amarah muncul di hatinya. Akhirnya, dia mencapai kendali penuh atas amarahnya.
CARA PRAKTIS MENGOBATI AMARAH
Salah satu solusi praktis ketika timbul amarah pada tahap awal adalah dengan menahan dan menenangkannya saat akal seseorang masih dapat dikendalikan:
Imam Muhammad Al‑Baqir (sa) berkata: “Tertulis dalam Taurat bahwa Tuhan yang Maha Kuasa mengungkapkan kepada Musa (as).: "Wahai Musa, kendalikan amarahmu pada mereka lebih dari yang Aku berikan kuasa padamu, sehingga Aku hindari engkau dari murka-Ku."
Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata: “Jaga dirimu dari kemarahan karena awalnya adalah penyakit jiwa dan akhirnya penyesalan.” (Gharar ul-Hikam, hadis ke 2635)
CARA TEORITIS MENGOBATI AMARAH
1. Seseorang yang sering marah harus tahu bahwa potensi marah adalah karunia Allah SWT untuk kelestarian dan kelangsungan hidup manusia, untuk disiplin dan ketertiban sistem keluarga, perlindungan hak manusia dan penjagaan hukum Ilahi. Jika dia melakukan yang bertentangan dengan tujuan Ilahi dan menjadikan kekuatan amarah untuk melawan kehendak Tuhan, maka ia melanggar kepercayaan sehingga pantas mendapatkan hukuman dari-Nya. Betapa bodoh dan tidak adilnya perbuatan manusia jika ia tidak menjalani kepercayaan Tuhan tapi justru menanggung azab-Nya! Karenanya, dia harus berpikir serius tentang keburukan moral dan perbuatan jahat yang berasal dari amarah dan berusaha menghilangkan pengaruh jahatnya, karena dapat menyebabkan banyak masalah di dunia dan juga hukuman di akhirat.
2. Di antara solusi mendasar amarah adalah menghilangkan faktor pemicunya. Faktor tersebut termasuk cinta-diri, yang kemudian menjadi cinta harta, kemuliaan, kedudukan, kehormatan, dan keinginan untuk memaksa kehendak orang lain dan memperluas wilayah kekuasaan seseorang pada makhluk Allah SWT. Ia dengan cepat membangkitkan api amarah, karena orang yang tergila-gila dengan hal tersebut cenderung menganggapnya penting. Ketika seseorang mencintai hal tersebut, dia akan bergairah dan marah jika salah satu dari tujuannya tidak tercapai. Faktor lain yang menimbulkan amarah karena ia dianggap sebagai kebaikan dan keberanian akibat kebodohan seseorang. Amarah yang demikian adalah hasil dari lemahnya spiritual, kurangnya iman, tidak seimbangnya kondisi jiwa.
3. Orang yang bijak akan selalu berpikir dengan hati-hati atas dampak buruk amarah dan manfaat dari menahan diri, dan menjadikan hal ini sebagai tanggung jawab diri untuk memadamkan api dengan semaksimal mungkin. Dia menghapus dari hati kecintaan terhadap harta, kehormatan dan sejenisnya yang menimbulkan amarah. Jika dia memutuskan untuk melawan kehendak nafsu diri dan hasrat dunawi, dengan bantuan dan rahmat Allah, ketertarikannya akan menjadi berkurang dan tidak menganggapnya penting. Ketenangan batin dan kepuasannya, karena ia melepas kecintaan pada harta, kehormatan, sehingga tidak membiarkannya berprilaku tidak adil. Secara bertahap, dia tidak akan kehilangan pengendalian diri ketika amarah muncul di hatinya. Akhirnya, dia mencapai kendali penuh atas amarahnya.
CARA PRAKTIS MENGOBATI AMARAH
Salah satu solusi praktis ketika timbul amarah pada tahap awal adalah dengan menahan dan menenangkannya saat akal seseorang masih dapat dikendalikan:
Imam Muhammad Al-Baqir (sa) berkata “..seseorang yang marah, dudukan segera jika dia berdiri; karena hal tersebut dapat mengusir gangguan setan. Seseorang yang marah dengan anggota keluarganya, dekati dan sentuh (dengan lembut), karena rasa kedekatan keluarga, ketika dirangsang sentuhan, menimbulkan ketenangan.”
Imam Ali bin Abi Thalib (sa) berkata “Ketika seseorang marah, jika ia berdiri, ia harus segera duduk sementara waktu karena hal ini akan menghilangkan gangguan setan darinya saat itu." (Mizan al-Hikmah, hadis ke 15059)
Sumber: Arba’ûna hadîtsan, bab VII, Imam Khumaini)
Sumber: http://id.shvoong.com/society-and-news/spirituality/2251761-dampak-buruk-amarah-dan-cara/#ixzz1k946IKvr
Sumber: Arba’ûna hadîtsan, bab VII, Imam Khumaini)
Sumber: http://id.shvoong.com/society-and-news/spirituality/2251761-dampak-buruk-amarah-dan-cara/#ixzz1k946IKvr
No comments:
Post a Comment