Assalamu'alaikum wr wb,
Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya diantara ummatku ada orang-orang
yang membaca Alquran tapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka
membunuh orang Islam dan membiarkan penyembah berhala. Mereka keluar
dari Islam secepat anak panah melesat dari busurnya. Sungguh, jika aku
mendapati mereka, pasti aku akan bunuh mereka seperti terbunuhnya kaum
Aad. (Shahih Muslim No.1762)
Satu dari ciri kaum Khawarij menurut Nabi Muhammad adalah mereka membaca
Al Qur'an dan Hadits, namun tidak diamalkan. Ucapannya tidak melampaui
kerongkongan mereka. Hanya di mulut saja.
Hadis riwayat Ali ra., ia berkata:
Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda: Di akhir zaman akan muncul kaum
yang muda usia dan lemah akal. Mereka berbicara dengan pembicaraan yang
seolah-olah berasal dari manusia yang terbaik. Mereka membaca Alquran,
tetapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama,
secepat anak panah meluncur dari busur. Apabila kalian bertemu dengan
mereka, maka bunuhlah mereka, karena membunuh mereka berpahala di sisi
Allah pada hari kiamat. (Shahih Muslim No.1771)
Berbagai ayat Al Qur'an dan Hadits mereka pakai, namun kesimpulan lain
yang mereka dapat dan amalkan. Berbagai caci-maki terhadap sesama Muslim
seperti Ahlul Bid'ah, Sesat, Kafir dan sebagainya terlontar dari mulut
mereka.
Kelompok Khawarij ini tak segan-segan menista ummat Islam yang berbeda
pendapat dengan mereka dengan berbagai sebutan yang mereka sendiri tidak
suka. Padahal itu dilarang oleh Allah SWT:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih
baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan
kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan
janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan
gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah
(panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat,
maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka
(kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah
mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama
lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya
yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi
Maha Penyayang.” [Al Hujuraat 11-12]
“Mencela sesama muslim adalah kefasikan dan membunuhnya adalah
kekufuran” (Bukhari no.46,48, muslim no. .64,97, Tirmidzi no.1906,2558,
Nasa’I no.4036, 4037, Ibnu Majah no.68, Ahmad no.3465,3708)
Ayat Al Qur'an dan hadits di atas sering mereka ucapkan. Namun sering
pula mereka langgar sehingga mereka mengumpat dan bersangka buruk
terhadap sesama Muslim.
Jika diingatkan dengan enteng mereka berdalih: "Ah mereka bukan Muslim!"
Tidak pantas bagi seorang Muslim untuk mudah menganggap sesat atau
mengkafirkan sesama Muslim yang masih sholat dan mengucapkan 2 kalimat
syahadah. Jika begitu, maka mereka itu lemah imannya atau mungkin justru
tidak punya iman:
Tiga perkara berasal dari iman: (1) Tidak mengkafirkan orang yang
mengucapkan “Laailaaha illallah” karena suatu dosa yang dilakukannya
atau mengeluarkannya dari Islam karena sesuatu perbuatan; (2) Jihad akan
terus berlangsung semenjak Allah mengutusku sampai pada saat yang
terakhir dari umat ini memerangi Dajjal tidak dapat dirubah oleh
kezaliman seorang zalim atau keadilan seorang yang adil; (3) Beriman
kepada takdir-takdir. (HR. Abu Dawud)
Jangan mengkafirkan orang yang shalat karena perbuatan dosanya meskipun
(pada kenyataannya) mereka melakukan dosa besar. Shalatlah di belakang
tiap imam dan berjihadlah bersama tiap penguasa. (HR. Ath-Thabrani)
Di saat Usamah, sahabat Rasulullah saw, membunuh orang yang sedang
mengucapkan, “Laa ilaaha illallaah, ” Nabi menyalahkannya dengan
sabdanya, “Engkau bunuh dia, setelah dia mengucapkan Laa ilaaha
illallaah.” Usamah lalu berkata, “Dia mengucapkan Laa ilaaha illallaah
karena takut mati.” Kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Apakah kamu
mengetahui isi hatinya?” [HR Bukhari dan Muslim]
Lihat hadits di atas saat Usamah berkilah: "Ah dia berpura2" Ah dia
taqiyah! Ah dia berbohong. Tidak pantas kita berdalih seperti itu karena
kita manusia tidak tahu isi hati mereka. Kita hanya bisa menilai zahir
lisan, tulisan, dan perbuatan mereka.
Meski mengkafirkan sesama Muslim itu resikonya sangat berat, kaum Khawarij selalu menemukan cara untuk itu.
Dari Abu Zar r.a. bahwasanya ia mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Barangsiapa yang memanggil orang lain dengan sebutan kekafiran atau
berkata bahwa orang itu musuh Allah, padahal yang dikatakan sedemikian
itu sebenarnya tidak, melainkan kekafiran itu kembalilah pada dirinya
sendiri.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma, katanya: “Rasulullah s.a.w.
bersabda: “Apabila ada seseorang berkata kepada saudaranya -sesama
Muslimnya-: “Hai orang kafir,” maka salah seorang dari keduanya -yakni
yang berkata atau dikatakan- kembali dengan membawa kekafiran itu.
Jikalau yang dikatakan itu benar-benar sebagaimana yang orang itu
mengucapkan, maka dalam orang itulah adanya kekafiran, tetapi jikalau
tidak, maka kekafiran itu kembali kepada orang yang mengucapkannya
sendiri.” (Muttafaq ‘alaih)
Mereka gemar berdusta dan mengadu-domba sesama Muslim meski tahu dosanya amat besar:
Allah Ta’ala berfirman: “Jangan pula engkau mematuhi orang yang suka mencela, berjalan membuat adu domba.” (al-Qalam: 11)
Dari Hudzaifah r.a. katanya: “Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tidak dapat
masuk syurga seorang yang gemar mengadu domba.” (Muttafaq ‘alaih)
Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma bahwasanya Rasulullah s.a.w.
berjalan melalui dua buah kubur, lalu bersabda: “Sesungguhnya kedua
orang yang mati ini disiksa, tetapi tidaklah mereka disiksa karena
kesalahan besar. Ya, tetapi sebenarnya besar juga -bila dilakukan secara
terus menerus-. Adapun yang seorang diantara keduanya itu dahulunya
-ketika di dunia- suka berjalan dengan melakukan adu domba, sedang yang
lainnya, maka ia tidak suka menghabiskan sama sekali dari kencingnya
-yakni di waktu kencing kurang memperdulikan kebersihan serta kesucian
dari najis-.” Muttafaq ‘alaih. Ini adalah lafaz dari salah satu riwayat
Imam Bukhari. Para ulama berkata bahwa maknanya: “Tidaklah mereka itu
disiksa karena melakukan kesalahan yang besar,” yakni bukan kesalahan
besar menurut anggapan kedua orang tersebut. Ada yang mengatakan bahwa
itu merupakan hal besar -berat- baginya untuk meninggalkannya.
Dari Ibnu Mas’ud r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: “Tahukah engkau
semua, apakah kedustaan besar itu? Yaitu Namimah atau banyak bicara adu
domba antara para manusia.” (Riwayat Muslim) Al’adhha dengan fathahnya
‘ain muhmalah dan sukunnya dhad mu’jamah dan dengan ha’ menurut wazan
Alwajhu. Ada yang mengatakan Al’idhatu dengan kasrahnya ‘ain dan
fathahnya dhad mu’jamah menurut wazan Al’idatu, artinya ialah kedustaan
serta kebohongan besar. Menurut riwayat pertama, maka al’adhhu adalah
mashdar, dikatakan: ‘adhahahu ‘adhhan artinya melemparnya dengan
kedustaan atau pengadu-dombaan.
Meski Allah dan RasulNya memerintahkan ummat Islam bersatu, namun kaum
Khawarij ini meski sering mengutip ayat dan hadits tentang itu selalu
memecah-belah persatuan ummat Islam dengan berbagai dalih. Mereka merasa
hanya merekalah yang benar. Yang lain sesat atau kafir:
“Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi
beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada
pada golongan mereka.” [Ar Ruum:32]
Mereka gemar berbantah-bantahan panjang lebar hanya untuk menimbulkan fitnah dan melemahkan kekuatan Islam.
“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu
berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang
kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang
sabar.” [Al Anfaal 46]
Sebaliknya meski mengaku ingin berpegang pada sunnah, namun dengan
bersahabat dengan kaum Yahudi dan Nasrani dan menganggap kaum tersebut
lebih baik daripada sesama Muslim, mereka ingkar Al Qur’an. Ingkar
kepada Allah.
Orang-orang yang beriman tidak akan mengambil kaum Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang
Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka
adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu
mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk
golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang zalim. [Al Maa-idah 51]
Hanya orang munafik yang dekat dengan kaum Yahudi dan Nasrani yang saat ini tengah memusuhi Islam dan membantai ummat Islam:
“Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya
(orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani),
seraya berkata: “Kami takut akan mendapat bencana.” Mudah-mudahan Allah
akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan
dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa
yang mereka rahasiakan dalam diri mereka.” [Al Maa-idah 52]
Kelompok Khawarij ini boleh dikata sebagian besar menghabiskan waktunya
untuk menyakiti ummat Islam baik dengan lisan, tulisan, bahkan pedang.
Para penyembah berhala atau orang-orang kafir justru aman dari kejahatan
mereka sebagaimana sabda Nabi Mereka membunuh orang Islam dan
membiarkan penyembah berhala. Mereka keluar dari Islam secepat anak
panah melesat dari busurnya:
Hadis riwayat Abu Said Al-Khudri ra., ia berkata:
Ali ra. yang sedang berada di Yaman, mengirimkan emas yang masih dalam
bijinya kepada Rasulullah saw., kemudian Rasulullah saw. membagikannya
kepada beberapa orang, Aqra` bin Habis Al-Hanzhali, Uyainah bin Badr
Al-Fazari, Alqamah bin Ulatsah Al-Amiri, seorang dari Bani Kilab, Zaidul
Khair At-Thaiy, seorang dari Bani Nabhan. Orang-orang Quraisy marah dan
berkata: Apakah baginda memberi para pemimpin Najed, dan tidak
memberikan kepada kami? Rasulullah saw. bersabda: Aku melakukan itu
adalah untuk mengikat hati mereka. Kemudian datang seorang lelaki yang
berjenggot lebat, kedua tulang pipinya menonjol, kedua matanya cekung,
jidatnya jenong dan kepalanya botak. Ia berkata: Takutlah kepada Allah,
ya Muhammad! Rasulullah saw. bersabda: Siapa lagi yang taat kepada Allah
jika aku mendurhakai-Nya? Apakah Dia mempercayai aku atas penduduk
bumi, sedangkan kamu tidak mempercayai aku? Lalu laki-laki itu pergi.
Seseorang di antara para sahabat minta izin untuk membunuh laki-laki itu (diriwayatkan bahwa orang yang ingin membunuh
itu adalah Khalid bin Walid), tetapi Rasulullah saw.
bersabda: Sesungguhnya diantara bangsaku ada orang-orang yang membaca
Alquran tapi tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka membunuh orang
Islam dan membiarkan penyembah berhala. Mereka keluar dari Islam secepat
anak panah melesat dari busurnya. Sungguh, jika aku mendapati mereka,
pasti aku akan bunuh mereka seperti terbunuhnya kaum Aad. (Shahih Muslim
No.1762)
Kita mungkin terkagum-kagum pada ayat-ayat Al Qur'an dan Hadits-hadits
Nabi yang dibawakan oleh kaum Khawarij tersebut, namun itu semua tidak
mereka amalkan. Bahkan mereka injak-injak. Mereka bersikap keras dan
zalim terhadap sesama Islam dan justru lemah-lembut terhadap orang-orang
kafir harbi.
Kaum Khawarij ini seperti kaum Yahudi yang akan dilempar masuk neraka karena hanya bicara tanpa melakukan apa yang dia ucapkan:
"Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedang kamu
melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab
(Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?" [Al Baqarah 44]
Pada hari kiamat seorang dihadapkan dan dilempar ke neraka. Orang-orang
bertanya, “Hai Fulan, mengapa kamu masuk neraka sedang kamu dahulu
adalah orang yang menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah perbuatan
mungkar?” Orang tersebut menjawab, “Ya benar, dahulu aku menyuruh
berbuat ma’ruf, sedang aku sendiri tidak melakukannya. Aku mencegah
orang lain berbuat mungkar sedang aku sendiri melakukannya.” (HR.
Muslim)
Kaum Khawarij ini berpendapat hanya ada 1 kebenaran, yaitu pendapat
mereka dan memaksakan kehendaknya kepada yang lain. Padahal dalam Islam
itu ada dikenal Khilafiyah atau beda pendapat. Oleh karena itulah ada 4
Madzhab: Hanafi, Maliki, Syafi'ie, dan Hambali. Semua madzhab itu benar.
Tidak ada yang salah. Dan Imam Malik juga menolak saat Sultan Harun Al
Rasyid meminta agar Madzhab Maliki dipakai sebagai satu-satunya Madzhab
di negara Islam. Beliau khawatir nanti di tempat lain yang memakai
madzhab lain bisa berontak.
Di zaman Nabi pun para sahabat biasa berbeda pendapat:
Umar bin Khattab berkata: “Aku mendengar Hisyam bin Hakim membaca surat
Al-Furqan di masa hidupya Rasulullah SAW, aku mendengar bacaannya,
tiba-tiba ia membacanya dengan beberapa huruf yang belum pernah
Rasulullah SAW membacakannya kepadaku sehingga aku hampir beranjak dari
shalat, kemudian aku menunggunya sampai salam. Setelah ia salam aku
menarik sorbannya dan bertanya: “Siapa yang membacakan surat ini
kepadamu?”. Ia menjawab: “Rasulullah SAW yang membacakannya kepadaku”,
aku menyela: “Dusta kau, Demi Allah sesungguhnya Rasulullah SAW telah
membacakan surat yang telah kudengar dari yang kau baca ini”.
Setelah itu aku pergi membawa dia menghadap Rasulullah SAW lalu aku
bertanya: “Wahai Rasulullah aku telah mendengar lelaki ini, ia membaca
surat Al-Furqan dengan beberapa huruf yang belum pernah engkau bacakan
kepadaku, sedangkan engkau sendiri telah membacakan surat Al-Furqan ini
kepadaku”. Rasulullah SAW menjawab: “Hai Umar! lepaskan dia. “Bacalah
Hisyam!”. Kemudian ia membacakan bacaan yang tadi aku dengar ketika ia
membacanya. Rasululllah SAW bersabda: “Begitulah surat itu diturunkan”
sambil menyambung sabdanya: “Bahwa Al-Qur’an ini diturunkan atas tujuh
huruf maka bacalah yang paling mudah!”.
Dalam satu riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah SAW mendengarkan
pula bacaan sahabat Umar r.a. kemudian beliau bersabda: “Begitulah
bacaan itu diturunkan”.
Saat berbeda pun dalam berpuasa di perjalanan para sahabat tidak saling cela. Ada yang berbuka, ada pula yang tetap berpuasa:
Anas bin Maalik berkata: “Kami sedang bermusafir bersama dengan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam semasa Ramadhan dan di kalangan
kami ada yang berpuasa, ada yang tidak berpuasa. Golongan yang berpuasa
tidak menyalahkan orang yang tidak berpuasa dan golongan yang tidak
berpuasa tidak menyalahkan orang yang berpuasa. [ hadist riwayat Bukhari
and Muslim]
Dari situ kita tahu bahwa kebenaran itu KADANG-KADANG tidak hanya satu.
Bisa 2 bahkan 7 seperti cara membaca Al Qur'an di atas. Nabi membenarkan
mereka semua dan tidak mencela salah satu kelompok. Jika dipaksakan
hanya satu meski yang lain tidak suka, maka akan timbul perpecahan.
Ciri Khawarij lainnya adalah akhlak yang buruk. Nabi dan ummat Islam
yang baik memiliki akhlak yang mulia. Penuh kasih sayang. Bukan
kekejian:
"Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. " [Al Anbiyaa' 107]
Nabi Muhammad itu diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia:
Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. (HR. Al Bazzaar)
Paling dekat dengan aku kedudukannya pada hari kiamat adalah orang yang
paling baik akhlaknya dan sebaik-baik kamu ialah yang paling baik
terhadap keluarganya. (HR. Ar-Ridha)
Sebaliknya orang yang akhlaknya rendah, keji, dan suka bermusuhan adalah orang yang dibenci Allah:
Sesungguhnya Allah membenci orang yang keji, yang berkata kotor dan
membenci orang yang meminta-minta dengan memaksa. (AR. Ath-Thahawi)
Orang yang paling dibenci Allah ialah yang bermusuh-musuhan dengan keji dan kejam. (HR. Bukhari)
Jadi jika kita ikut pengajian, tapi gurunya akhlaknya buruk dan kita pun jadi kasar, niscaya itu pengajian yang sesat.
Kadang ada orang yang merasa berjihad/mujahid, namun akhlaknya kasar dan
sombong. Tidak punya adab. Padahal Nabi yang merupakan Mujahid Agung
akhlaknya sangat sempurna. Pernah saya bertamu menemui Brigjen Rustam
Kastor di markas Laskar Jihad. Selama 2 jam di situ tidak disuguhi air
putih sama sekali. Sementara Brigjen Rustam Kastor saat diberikan
minuman teh dengan sopan tidak meminumnya karena menghormati kami. Saya
pikir, sebelum berjihad, harusnya laskar jihad di situ menjihad
akhlaknya terlebih dulu agar punya sopan santun untuk menghormati tamu.